Bisnis di Lapas Cipinang yang Pernah Diungkap Rahardi Ramelan

Written By Smart Solusion on Sunday, July 28, 2013 | 8:17 PM






KOMPAS.com
 — Nama gembong narkoba Freddy Budiman kembali menjadi perhatian. Terpidana mati itu diduga mendapatkan fasilitas khusus selama mendekam di Lapas Narkotika Cipinang. Wanita yang mengaku sebagai teman dekatnya, Vanny Rossyanne, mengungkapkan, ada ruangan khusus yang digunakannya di Lapas bersama Freddy. Pengakuan Vanny ini pun mengakibatkan dicopotnya Kepala Lapas Narkotika, Thurman Hutapea.

Tak hanya seputar hubungannya dengan Freddy, Vanny juga menyebutkan, Freddy masih mengendalikan bisnisnya dari dalam Lapas. Tahun 2012 lalu, Freddy diketahui mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah besar dari China. Ia masih bisa mengorganisasi penyelundupan 1.412.475 pil ekstasi dari China dan 400.000 ekstasi dari Belanda.

Dugaan bisnis yang dijalankan dari balik penjara mengingatkan pada kisah yang pernah diungkapkan oleh mantan narapidana kasus dana Bulog, Rahardi Ramelan, yang pernah mendekam di Lapas Cipinang. Pada tahun 2008 lalu, ia meluncurkan buku Cipinang Desa Tertinggal. Bisnis yang diungkapkan Rahardi dalam buku itu memang bukan bisnis besar seperti yang dioperasikan Freddy.


Tulisan ini juga pernah dimuat di Kompas.com pada Agustus 2008.

***

DJ seorang narapidana yang sudah lama menjadi Palkam (Kepala Kamar), menguasai perdagangan minyak tanah dan air minum, dan konon omset yang didapat sampai 15 juta setiap hari.


Selama dua tahun di LP Cipinang, selain menghidupi 2 orang istri dengan 5 orang anak, ia dapat membantu membiayai pembuatan rumah keluarganya di desa.


Diperkirakan seluruh omset perdagangan di LP Cipinang bisa mencapai Rp 100 juta setiap hari. Bisnis terbesar adalah penjualan rokok, karena bukan hanya melayani narapidana melainkan juga petugas dan pejabat.


Itulah cuplikan kisah yang dituangkan mantan narapidana kasus dana Bulog, Rahardi Ramelan dalam bukunya Cipinang Desa Tertinggal.


Mantan Kepala Bulog itu mengatakan, ia memang mengibaratkan Lapas Cipinang bak desa tertinggal. Mengapa?

"Ya karena di dalamnya enggak ada pendidikan, enggak ada apa-apalah, persis kaya desa tertinggal," kata Rahardi, Rabu (20/8/2008).


Kisah dalam buku setebal 190 halaman itu merupakan kisah pengalamannya saat menjalani masa hukuman sejak Agustus 2005 hingga September 2006. "Selama di LP saya malah gemuk, tambah berat 4 kilo karena enggak mikir apa-apa," lanjut dia.


Salah satu kisah yang cukup menarik diutarakannya adalah soal bisnis yang ada di dalam Lapas di bilangan Jakarta Timur itu. Deskripsi yang digambarkan Rahardi, hampir di semua blok hunian Lapas Cipinang yang lama terdapat berbagai warung yang menyediakan segala keperluan hidup layaknya sebuah supermarket.


Berbagai barang yang disediakan mulai dari makanan siap saji, mi instan, kopi, beras, dan terigu. Bahkan, sayuran segar dan kebutuhan seperti sikat gigi, sandal jepit, dan obat-obatan pun lengkap tersedia. Warung-warung ini tumbuh subur karena makanan napi yang disediakan Lapas dinilai kurang standar.

"Kualitas dan rasanya sangat menjemukan, tidak ada rasa selain asin," demikian tulis Rahardi.


Sewaktu Lapas baru mulai dioperasikan, kondisinya tak jauh berbeda. Di Lapas baru, tidak diizinkan memasak di kamar, walaupun kenyataannya masih banyak dapur yang beroperasi di sana. Terdapat tak kurang 10 warung dan kios yang menjajakan berbagai makanan, seperti warung sate, ikan bakar, warteg, sayuran, sampai ke kios reparasi ponsel.


Selain bisnis warung, Rahardi juga mengisahkan bagaimana para penjenguk dipungut uang (meskipun jumlahnya seikhlasnya) saat akan menjenguk kerabatnya yang ditahan. Yang ini, tentunya menjadi bisnis dari para petugas Lapas.

"Sudah waktunya kita untuk berterus terang mengenai keadaan di LP maupun instansi pemerintah lainnya. Jangan selalu oknum yang dipersalahkan. Sistem kita yang telah menciptakan keadaan demikian. Diperlukan penyelesaian yang menyeluruh termasuk kesejahteraan pegawai," demikian Rahardi. Saat ditanya apakah ia tak gentar mengungkap praktik-praktik yang berlangsung di Lapas, Ketua Persatuan Narapidana Indonesia ini hanya tertawa. "Enggaklah, kenapa harus takut. Saya kan hanya menulis apa yang saya ketahui, apa yang saya alami selama saya di penjara," katanya singkat.

Bisnis pulsa

Selain warung makanan dan segala kebutuhan sehari-hari, salah satu bisnis yang marak dan dijadikan sebagai cara transfer uang oleh narapidana adalah jual beli pulsa. Bagaimana bisa?

Keluarga atau kerabat menggunakan cara mentransfer sejumlah pulsa ke nomor ponsel sang napi. Pulsa yang telah ditransfer ini kemudian dijual kepada napi lainnya. Demi mendapatkan uang tunai dengan cara cepat, sering kali pulsa yang dijual jauh lebih murah dibanding harga pasaran.

Pulsa dengan nilai Rp 100 ribu dijual dengan harga Rp 80 ribu, dan pada waktu-waktu tertentu bisa turun sampai Rp 75 ribu. "Setiap pagi dan sore, saya mendengar ada teriakan 'simpati, emtri, eksel cepe'. Teriakan ini bukan hanya satu kali tetapi beberapa kali dan dilakukan beberapa orang. Rupanya, mereka ini penjaja pulsa yang berkeliling menelusuri lorong-lorong LP di blok hunian, seperti halnya pedagang sate keliling menawarkan satenya di sekitar kawasan hunian," demikian tulis Rahardi.

Mereka yang biasa menjajakan pulsa ini kebanyakan "anak bawah", kasta terendah di antara para napi. "Anak bawah" jarang dikunjungi keluarga dan tak memberikan kontribusi keuangan bagi keperluan kamar. Pembeli utama dari pulsa ini adalah petugas dan pejabat beserta keluarganya.

Maraknya perdagangan pulsa bukan karena tingginya tingkat pemakaian ponsel di penjara, melainkan karena para narapidana terdesak kebutuhan finansial sehari-harinya. Paling tidak, mereka harus menyediakan biaya untuk uang kamar, uang makan, membeli air, rokok, dan lain-lain. Belum lagi untuk pungutan yang kerap terjadi.

Sebagian dari para napi menggantungkan pemenuhan finansialnya dari keluarga yang berkunjung. Mentransfer uang melalui pulsa dinilai paling aman dari berbagai "sunatan". Bayangkan, jika langsung memberikan uang tunai saat berkunjung, mungkin tak ada separuhnya yang sampai ke napi.





Editor : Inggried Dwi Wedhaswary


















Anda sedang membaca artikel tentang

Bisnis di Lapas Cipinang yang Pernah Diungkap Rahardi Ramelan

Dengan url

http://software-solutionsmart.blogspot.com/2013/07/bisnis-di-lapas-cipinang-yang-pernah.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bisnis di Lapas Cipinang yang Pernah Diungkap Rahardi Ramelan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bisnis di Lapas Cipinang yang Pernah Diungkap Rahardi Ramelan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger